Beranda | Artikel
Kebahagianku Ada di Agamaku
Kamis, 12 Mei 2022

KEBAHAGIAANKU ADA DI AGAMAKU

Allah Ta’ālā berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”[An-Naḥl/16: 97]

Salah satu faktor terbesar yang mendatangkan kegembiraan, kelegaan, dan kebahagiaan dalam hati seorang muslim ialah ikatan langsung antara dirinya dengan Tuhannya, tanpa perantara orang hidup atau orang mati maupun berhala.

Allah Ta’ālā telah menyebutkan di dalam Al-Qur`ān al-Karīm bahwa Dia selalu dekat dengan hamba-Nya; Dia mendengar dan mengabulkan doa mereka. Allah Subḥānahu wa Ta’ālā berfirman,

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku Mahadekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka itu memenuhi perintah-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.”[Al-Baqarah/2: 186]

Allah Subḥānahu wa Ta’ālā memerintahkan kita untuk berdoa kepada-Nya, dan menjadikan doa tersebut sebagai ibadah terbesar bagi seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu.`”[Gāfir/40: 60]

Seorang muslim yang baik selalu merasa butuh kepada Tuhannya, selalu berdoa kepada-Nya, dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan ibadah-ibadah yang benar.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ 

“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”[An-Naḥl/16: 97]

Allah Subḥānahu wa Ta’ālā menciptakan kita di alam semesta ini untuk suatu hikmah besar, bukan diciptakan sia-sia. Hikmah penciptaan itu ialah untuk beribadah kepada-Nya saja tanpa ada sekutu bagi-Nya.

Allah menetapkan bagi kita agama ilahi yang komprehensif dan mengatur semua urusan kehidupan kita yang bersifat privat dan publik. Dengan syariat yang adil ini, Allah melindungi lima kebutuhan dasar hidup kita; agama, jiwa, kehormatan, akal, dan harta. Siapa pun yang mengikuti perintah agama dan menghindari larangannya, maka tidak diragukan lagi, dia telah memelihara semua kebutuhan ini dan menikmati kehidupan yang bahagia dan damai.

Ikatan antara muslim dengan Tuhannya sangat mendalam. Ikatan itu memberikan ketenteraman hati, kedamaian jiwa, serta perasaan tenang, aman, dan bahagia. Hal itu juga memunculkan adanya rasa kebersamaan, penjagaan, dan pertolongan-Nya pada hamba-Nya yang beriman. Allah Ta’ālā berfirman,

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ 

“Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman).”[Al-Baqarah/2: 257]

Hubungan yang agung ini adalah kondisi kejiwaan yang menuntun seorang muslim untuk menikmati ibadah kepada Allah Yang Maha Pengasih, rindu untuk bertemu dengan-Nya, dan membumbungkan hati ke awan kebahagiaan dengan merasakan manisnya iman.

Manisnya keimanan yang dirasakan ini tidak mungkin digambarkan kecuali dengan mengecapnya lewat mengerjakan ketaatan dan menjauhi keburukan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ. رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا

“Pasti akan mengecap kenikmatan iman siapa yang rida Allah sebagai tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai rasulnya.”

Ketika seseorang merasakan keberadaan dirinya yang selalu diawasi Penciptanya, dia mengenal-Nya dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya yang indah, beribadah kepada-Nya seakan-akan melihat-Nya, dia ikhlas di dalam peribadatannya kepada-Nya, dan tidak meniatkan ibadah itu untuk selain-Nya, maka ia pasti akan mendapatkan kehidupan yang baik dan bahagia di dunia serta kesudahan yang indah di akhirat kelak.

Bahkan, musibah-musibah yang menimpa seorang mukmin di dunia ini, kepahitannya akan hilang dengan sejuknya sikap yakin, sikap rida pada takdir Allah Ta’ālā, lantunan pujian pada-Nya atas semua ketetapan-Nya yang baik dan buruk, dan sikap berserah diri kepada-Nya secara penuh.

Di antara amalan yang harus dijaga oleh seorang muslim untuk meningkatkan kebahagiaan dan ketenteraman jiwanya ialah banyak berzikir kepada Allah Ta’ālā dan membaca Al-Qur`ān, karena Allah Ta’ālā berfirman,

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ

“(Orang-orang yang bertobat itu ialah) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”[Ar-Ra’d/13 : 28]

Semakin banyak seorang muslim berzikir kepada Allah dan membaca Al-Qur`ān, maka ikatannya dengan Allah Ta’ālā akan semakin kuat, jiwanya semakin luhur, dan imannya semakin kuat.Demikian juga seorang muslim harus antusias untuk mempelajari urusan agamanya dari sumber yang benar supaya dapat beribadah kepada Allah Ta’ālā di atas dasar ilmu dan pemahaman yang benar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.”

Juga, supaya dia tunduk dan patuh kepada perintah-perintah Allah Ta’ālā yang menciptakannya, baik dia mengetahui hikmah perintah itu ataupun tidak. Allah Ta’ālā telah berfirman di dalam Kitab-Nya yang suci,

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗوَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ

“Tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.”[Al-Aḥzāb/33 : 36]

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ

“(Orang-orang yang bertobat itu ialah) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”[Ar-Ra’d/13 : 28]

Akhir kata; semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada Nabi kita, Muhammad, kepada keluarga, serta seluruh sahabat beliau.

[Disalin dari PANDUAN RINGKAS UNTUK MUALAF Penulis Muhammad bin Asy-Syaibah Asy-Syahriy,  Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 1441 H – 2020 M]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/55666-kebahagianku-ada-di-agamaku.html